Amalaa, Ahsanu (2022) Beauty privilege dalam film imperfect. Undergraduate thesis, IAIN Palangka Raya.
Text
SKRIPSI AHSANU AMALAA (1803110465) KPI FUAD.pdf Download (2MB) |
Abstract
Beauty privilege adalah suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan beruntungnya hidup seseorang yang kesannya lebih lancar dan sukses dibanding orang kebanyakan karena terlahir dengan fisik atau rupa yang menawan (cantik). Beauty privilege menjadi isu kecantikan yang didambakan oleh perempuan dalam menemukan kebanggaan dan rasa kepercayaan diri. Selain itu kecantikan juga dalam konteks sosial masyarakat melahirkan privilege atau hak istimewa. Diantara yang menggambarkan privilege dari kecantikan itu adalah film Imperfect yang cukup populer di Indonesia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji bagaimana representasi beauty privilege yang ditampilkan dalam film Imperfect. Jenis penelitian ini adalah kualitatif. Metode yang digunakan adalah analisis semiotika Charles Sanders Peirce. Analisis yang digunakan dalam semiotika Charles Sanders Peirce terdiri dari tanda, objek dan interpretant. Dalam penelitian ini tanda adalah Teks dan Gambar dalam film Imperfect, objek ialah Representasi beauty privilege dalam film Imperfect, dan interpretant memberikan makna kemudian menafsirkan data ke dalam bentuk narasi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan menunjukan hasil bahwa representasi beauty privilege dalam film Imperfect ada tujuh bentuk beauty privilege yang direpresentasikan dalam film Imperfect. Pertama, beauty privilege terhadap penampilan. Kedua, beauty privilege terhadap perlakuan sosial. Ketiga, beauty privilege dalam media sosial, Keempat, beauty privilege dalam produk kecantikan. Kelima, beauty privilege dalam pekerjaan. Keenam beauty privilege terhadap ketertarikan. Terakhir, Ketujuh, beauty privilege terhadap kepercayaan diri. Berdasarkan temuan-temuan tersebut dapat disimpulkan bahwa beauty privilege yang direpresentasikan dalam film Imperfect itu dalam konteks kondisi masyarakat Indonesia adalah outer beauty seseorang. Padahal, outer beauty sifatnya relatif tergantung budaya, sudut pandang dan perspektif seseorang. Sedangkan inner beauty cenderung tenggelam karena sitgmatisasi outer beauty.
ABSTRAK
Beauty privilege is a term used to describe lucky is someone's life whose impression is smoother and more successful than most people because they are born with a charming (beautiful) physical or appearance. Beauty privilege is a beauty issue coveted by women and instilled since the early stage of life in finding pride and confidence. In addition, in context of certain societies beauty gives privileges. Among those who describe the privilege of beauty is in the film entitled Imperfect that is quite popular in Indonesia.
This research aims to examine how the representation of beauty privilege is displayed in the film entitled Imperfect. With the aim of explaining and showing the representation displayed from beauty privilege in the film entitled Imperfect. The type of this research is a qualitative research. The method used is a semiotic analysis of Charles Sanders Peirce. The analysis used in Charles Sanders Peirce semiotics consists of sign, object and interpretant. In this study the sign is text and image in the film Imperfect, the object is a representation of beauty privilege in the film entitled Imperfect, and interpretant giving meaning then interpreting the data into narrative form.
This research showed that there are eight findings represented in the film entitled Imperfect. First, beauty privilege to appearance. Second, beauty privilege to social treatment. Third, beauty privilege in social media, Fourth, beauty privilege in product beauty. Fifth, beauty privilege in work. sixth beauty privilege to interest. Lastly, Seventh, beauty privilege on self-confidence. Based on these findings, it can be concluded that the beauty privilege represented in the film entitled Imperfect in context of the condition of Indonesian society is a person's outer beauty. In fact, outer beauty is relatively dependent on one's culture, point of view, and perspective, meanwhile inner beauty tends to sink due to stigmatization of outer beauty.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Representasi; Film |
Subjects: | TAJUK SUBJEK ISLAM > Filsafat dan Perkembangan > Dakwah > Komunikasi Dakwah |
Divisions: | Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah > Jurusan Dakwah dan Komunikasi Islam > Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam |
Depositing User: | puttry puttry ekaputri |
Date Deposited: | 01 Feb 2024 02:11 |
Last Modified: | 01 Feb 2024 02:11 |
URI: | http://digilib.iain-palangkaraya.ac.id/id/eprint/5312 |
Actions (login required)
View Item |