Tanggung jawab nazhir dalam menyelesaikan “perebutan” tanah wakaf kamuk ranggan Kota Palangka Raya

Zainudin, Zainudin (2021) Tanggung jawab nazhir dalam menyelesaikan “perebutan” tanah wakaf kamuk ranggan Kota Palangka Raya. Undergraduate thesis, IAIN Palangka Raya.

[img] Text
Zainudin -1702130125.pdf

Download (2MB)

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi dengan adanya kasus tanah wakaf Kamuk Ranggan di Kota Palangka Raya, dimana nazhir secara maksimal bertanggungjawab dalam menyelesaikan perebutan tanah wakaf melalui upaya hukum yang dilakukan untuk melindungi tanah wakaf. Kajian ini difokuskan pada tanggung jawab nazhir dalam menyelesaikan “perebutan” tanah wakaf Kamuk Ranggan di Kota Palangka Raya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis (1) Problem pada tanah wakaf Kamuk Ranggan di Kota Palangka Raya (2) Langkah hukum yang ditempuh oleh nazhir dalam mengawal problem tanah wakaf Kamuk Ranggan (3) Hasil dari pengawalan nazhir terhadap problem tanah wakaf Kamuk Ranggan. Penelitian ini merupakan penelitian hukum empiris menggunakan pendekatan kasus dan kualitatif-deskriptif. Subjek penelitian adalah nazhir tanah wakaf, sedangkan objeknya adalah bentuk penyelesaian sengketa yang dilakukan nazhir dalam merebut tanah wakaf, yang dianalisis menggunakan teori hukum dan sosial. Adapun hasil penelitian ini pertama problem tanah Wakaf Kamuk Ranggan di Kota Palangka Raya adalah: Pertama tanah wakaf menjadi terlantar pasca terjadinya kerusuhan etnik Madura dan Dayak pada tahun 2001. Kedua pengurus nazhir lama yang sudah domisioner (bapak H. Muhammad Hasan Khalil) masih bersikukuh tidak mau menyerahkan sertifikat tanah wakaf bahkan membawa pergi keluar wilayah Kalimantan Tengah (Barabai Kalimantan Selatan) dan menganggap bahwa tanah tersebut adalah tanah hibah bukan tanah wakaf. Kedua langkah hukum yang ditempuh oleh nazhir pada tanah wakaf Kamuk Ranggan, yaitu pertama penyelesaian sengketa secara non litigasi atau melalui mediasi dan negosiasi. Kedua setelah mediasi gagal kemudian nazhir melakukan langkah dengan cara jalur litigasi (pengadilan) mengadukan gugatan secara perdata di Pengadilan Agama, dan pidana ke Polda Kalimantan Tengah. Ketiga hasil pengawalan nazhir tanah wakaf Kamuk Ranggan adalah pertama hasil dari penyelesaian sengketa secara non litigasi penyelesainnya tidak berhasil. Kedua melalui jalur litigasi secara perdata di Pengadilan Agama diputuskan pihak nazhir menang. Selanjutnya pihak tergugat melakukan banding di Pengadilan Tinggi Agama Palangka Raya pihak nazhir diputuskan kalah dengan alasan bahwa perkara yang terdaftar di Pengadilan Agama Palangka Raya Nomor 591/Pdt.G/2020/PA.Plk tanggal 11 Desember 2019 bukan wewenang Pengadilan Agama, kemudian nazhir melakukan upaya hukum kasasi ke Mahkamah Agung hingga penelitian ini selesai, perkara tersebut belum selesai. Terakhir nazhir melakukan pengaduan kasus tanah wakaf secara pidana.

Abstract

This research is motivated by the existence of the Kamuk Ranggan waqf land case in Palangka Raya City, where Nazhir is maximally responsible for resolving the struggle for waqf land through legal efforts taken to protect the waqf land. This study focuses on Nazhir's responsibility in resolving the "conquest" of the Kamuk Ranggan waqf land in Palangka Raya City. This study aims to identify and analyze (1) Problems with waqf land Kamuk Ranggan in Palangka Raya City (2) Legal steps taken by Nazhir in controlling the problem of waqf land Kamuk Ranggan (3) Results of Nazhir escorting waqf land problems Kamuk Ranggan. This research is an empirical legal research using a case approach and qualitative-descriptive. The research subject is Nazhir waqf land, while the object is a form of dispute resolution carried out by Nazhir in seizing waqf land, which is analyzed using legal and social theory. The results of this study, firstly, the problems of Waqf land of Kamuk Ranggan in Palangka Raya City are: First, the waqf land has become neglected after the ethnic riots of Madura and Dayak in 2001. The two old nazhir administrators who have been domicile (Mr. H. Muhammad Hasan Khalil) are still adamant not to willing to submit waqf land certificates and even take them out of Central Kalimantan (Barabai, South Kalimantan) and assume that the land is a grant land, not waqf land. The two legal steps taken by Nazhir on the waqf land of Kamuk Ranggan, namely the first non-litigation dispute resolution or through mediation and negotiation. Second, after mediation failed, then Nazhir took steps by way of litigation (court) to file a civil lawsuit at the Religious Court, and a criminal case to the Central Kalimantan Police. The three results of nazhir escorting the waqf land of Kamuk Ranggan were the first results from non-litigation dispute resolution, the settlement of which was unsuccessful. Second, through civil litigation in the Religious Courts, it was decided that Nazhir won. Furthermore, the defendant filed an appeal at the Palangka Raya Religious High Court, Nazhir's party was decided to lose on the grounds that the case registered at the Palangka Raya Religious Court Number 591/Pdt.G/2020/PA.Plk dated December 11, 2019 was not the authority of the Religious Court, then Nazhir carried out cassation to the Supreme Court until this research is completed, the case has not been completed. Finally, Nazhir filed a criminal complaint on the waqf land case.

Item Type: Thesis (Undergraduate)
Uncontrolled Keywords: Tanah Wakaf; Perebutan;Nazhir
Subjects: 18 LAW AND LEGAL STUDIES > 1801 Law > 180127 Mu'amalah (Islamic Commercial & Contract Law) > 18012715 al-Waqf
Divisions: Fakultas Syariah > Jurusan Syariah > Program Studi Hukum Ekonomi Syariah
Depositing User: Unnamed user with email daniaty_marina@yahoo.com
Date Deposited: 06 Dec 2022 07:10
Last Modified: 06 Dec 2022 07:10
URI: http://digilib.iain-palangkaraya.ac.id/id/eprint/4361

Actions (login required)

View Item View Item