Praktik “manyanda” kebun karet masyarakat bakumpai di Desa Muara Sumpoi Ditinjau Dalam Ekonomi Islam

Rahman, Riko (2018) Praktik “manyanda” kebun karet masyarakat bakumpai di Desa Muara Sumpoi Ditinjau Dalam Ekonomi Islam. Undergraduate thesis, IAIN Palangka Raya.

[img] Text
Skripsi Riko Rahman - 1302120268.pdf

Download (892kB)

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk memaparkan praktik manyanda kebun karet masyarakat Bakumpai di Desa Muara Sumpoi yang mana dalam praktik manyanda ini peneliti menemukan sesuatu budaya muamalah yang perlu di sesuaikan dengan Al-Quran dan Hadist. Dengan rumusan masalahnya yaitu: Bagaimana proses pelaksanaan manyanda kebun karet masyarakat Bakumpai di Desa Muara Sumpoi ? Dan bagaimana pandangan ekonomi Islam terhadap proses pelaksanaan manyanda kebun karet masyarakat Bakumpai di Desa Muara Sumpoi ?.
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan menggunakan metode kualitatif deskriptif, adapun subjek penelitian ini adalah rahin/pemberi barang jaminan dan murtahin/penerima barang jaminan. Teknik pengumpulan datanya menggunakan dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik pengabsahan datanya menggunakan triangulasi sumber dengan mengumpulakan data dan informasi sejenis dari berbagai sumber yang berbeda.
Hasil Penelitian menunjukan bahwa proses pelaksanaan manyanda kebun karet masyarakat Bakumpai di Desa Muara Sumpoi dilakukan sejak dahulu dengan alasan persoalan ekonomi. Manyanda hanya dilakukan secara lisan dan tidak ada penyerahan dokumen asli kepemilikan dari pihak rahin, yaitu pihak rahin menawarkan kebun karetnya kepada murtahin untuk dijadikan jaminan dengan maksud untuk memperoleh pinjaman sejumlah uang, dari pertemuan tersebut rahin dan murtahin mengadakan kesepakatan atau berakad, di mana barang jaminan dimanfaat atau diambil hasilnya oleh pihak murtahin. Adapun pandangan ekonomi Islam bila dilihat dari akad kemudian rukun dan syarat rahn sudah terpenuhi. Akan tetapi, dilihat dari segi sighat (penentuan batas waktu) yang tidak dipermasalahkan dan ini yang menyebabkan hutang piutang terjadi dalam waktu lama. Pengambilan manfaat dari barang jaminan boleh saja dilakukan karena itu sudah diatur dalam kesepakatan awal dalam berakad. Akan tetapi yang terjadi dalam manyanda ini, hutang ini bisa berlarut-larut sehingga yang terjadi, hasil dari kebun karet atau manfaatnya lebih besar dari hutang awal. Akan tetapi semua pihak perlu memegang prinsip keadilan, prinsip keadilan dalam ekonomi Islam yaitu adil berarti seseorang harus diperlakukan sesuai haknya, tanpa adanya diskriminasi dan penekanan, walaupun dilakukan atas dasar kekeluargaan atau saling tolong menolong.

ABSTRACK

This research was conducted to describe the practice of manyanda the rubber plantation in Bakumpai community in Muara Sumpoi. With the formulation of the problems are: How the process of implementation of rubber plantation Bakumpai community in Muara Sumpoi? And how is the view of Islamic economics on the process of implementation of rubber plantation in Bakumpai community in Muara Sumpoi?.
This research using descriptive qualitative method, while the subject of this research is rahin / giver of guarantee goods and murtahin / recipient of guarantee goods. Technique of data collection using observation, interview and documentation. The data validation technique using source triangulation by collecting data and similar information from different sources.
The result of research shows the process of implementation of manyanda the rubber plantation in Bakumpai community in Muara Sumpoi has been done since long ago with the reason of economic problem. Manyanda is only done verbally and there is no submission of original documents of ownership from the rahin party, that is, the rahin offer its rubber plantation to murtahin to be used as collateral for the purpose of obtaining a loan of money, from that meeting rahin and murtahin enter into agreement or berakad, which was the benefit was taken by the murtahin.
The view of Islamic economics when viewed from the contract then rukun and rahn conditions have been met. However, in terms of sighat (timing determination) was not at issue and this is causing debt accounts receivable occur in a long time. Benefit from goods of assurance may be done because it was set in the initial agreement in berakad. However, what happens in this manyanda, this debt can be protracted so that what happens the yield of the rubber plantation or the benefits greater than the initial debt. However, all parties need to hold the principle of justice, the principle of justice in Islamic economics is Fair means a person must be treated in accordance with his right, without any discrimination and emphasis, even if done on a familial basis or help each other.

Item Type: Thesis (Undergraduate)
Uncontrolled Keywords: Kearifan Lokal; Transaksi manyanda
Subjects: 14 ECONOMICS > 1499 Other Economics > 149999 Economics not elsewhere classified
20 LANGUAGE, COMMUNICATION AND CULTURE > 2002 Cultural Studies > 200299 Cultural Studies not elsewhere classified
Divisions: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam > Jurusan Ekonomi Islam > Program Studi Ekonomi Syariah
Depositing User: puttry puttry ekaputri
Date Deposited: 18 Jul 2019 02:39
Last Modified: 18 Jul 2019 02:39
URI: http://digilib.iain-palangkaraya.ac.id/id/eprint/1614

Actions (login required)

View Item View Item