Studi Tentang Pola Kepemimpinan Pada Masyarakat Dayak (Studi dalam Keluarga Di Rumah Betang Kecamatan Lahe Kabupaten Barito Utara

Ajahari, Ajahari (1996) Studi Tentang Pola Kepemimpinan Pada Masyarakat Dayak (Studi dalam Keluarga Di Rumah Betang Kecamatan Lahe Kabupaten Barito Utara. Undergraduate thesis, Institut Agama Islam Negeri Palangkaraya Kalimantan Tengah.

[img] Text
157_AJAHARI_NIM_9145011803_1996.pdf

Download (16MB)

Abstract

Sampai sekarang penelitian tentang Pola Kepemimpinan Masyarakat Dayak masih sedikit. Demikian juga tentang tentang Pola Kepemimpinan Masyarakat Dayak di Rumah Betang.
Masyarakat Dayak yang tinggal di Rumah betang merupakan sejumlah kepala keluarga dengan jumlah anggota keluarga yang cukup banyak berkisaran antara 10 sampai dengan 100 orang. Pola hidup yang berkelompok dengan jumlah anggota Rumah betang yang begitu banyak tinggal dalam satu rumah yang sama. Tentunya mempunyai karakter dan kepentingan yang berbeda-beda. Maka agar anggota betang dapat hidup dengan teratur terciptanya hubungan yang harmoni serta dalam rangka pemenuhan kebutuhan Bersama dan guna kelestarian Rumah betang diperlukan seorang pemimpin. Pada kenyataanya warga yang menghuni rumah Betang tersebut telah memiliki pemimpin yang mereka sebut dengan ketua Betang. Namun apakah sesunguhnya kepemimpinan yang terdapat di Rumah Betang saat sekarang sama dengan kepemimpinan masa lalu atau mungkin justru terdapat perbedaan diantaranya keduanya. Inilah yang menjadi beberapa hal yang menjadi latarbelakang peneliti mengangkat judul “Studi tentang pola kepemimpinan pada Masyarakat Dayak”(studi dalam keluarga di Rumah Betang kecamatan Lahe Kabupaten Barito Utara).
Permasalahan mendasar yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana pola kepemimpinan Masyarakat Dayak khususnya Dayak ngaju di Rumah Betang cara pemilihan dan pengangkatan seorang pemimpin, ciri-ciri kepemimpinannya. Tipe atau pola kepemimpinanya di rumah betang, hubungan keakraban dan interaksi yang terjadi baik antara sesame warga betang, tugas pimpinan betang dan keterlibatannya didalam kegiatan upacara adat, keagamaan dan pemerintahan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Gambaran tentang pola kepemimpinan Masyarakat Dayak di Rumah Betang dan membandingkannya dengan kerangka teori dari beberapa para ahli.
Setelah mengadakan penelitian dilapangan dapat diperoleh hasil penelitian pola kepemimpinan Masyarakat Dayak ngaju secara umum dan pola kepemimpian Masyarakat Dayak ngaju di rumah Betang adalah sebagai berikut:
Pimpinan Masyarakat Dayak ngaju pada zaman dulu dan sebagai masih berlaku sampai sekarang didasarkan pada kepandaian, kekayaan, asal usul dan status sosial, dan dapat juga terjadi sebagai akibat aktivitas dalam Masyarakat seperti pimpinan pada waktu upacara adat dan Ketika berburu. Pimpinan yang masih bersufat tradisonal yang dapat dibagi menjadi dua bagian yautu pimpinan Masyarakat Dayak ngaju yang tradisonal formal yang terdiri dari pembekal dan penghulu.dan pimpinan Masyarakat Dayak ngaju yang tradisonal informal yang terdiri dari Pangirak, Kepala Dusun, oaring-orang tua kampung dan balita.
Adapun pola Kepemimpinan Masyarakat Dayak ngaju dalam rumah betang dapat di gambarkan sebagai berikut :
Proses munculnya kepemimpinan di rumah betang muncul berawal karena factor adanya rasa ingin aman warga dari serangan musuh yang pada masa lalu disebut Ngayau. Mereka yang merasa ketakutan dari serangan Ngayau tersebut kemudian menghimpun dan berkelompok dalam suatu rumah yang disebut Betang . Sebagai proses selanjutnya meskipun warga tadi merasa takut dengan serangan musuh, akan tetapi karena mereka merupakan sekelompok masyarak dengan jumlah yang bayak membentuk suatu kekuatan dan secara bersama-sama menghadapi serangan ngayau tersebut. Jadi pada masalalu mereka yang dianggap memiliki keberanian, kepemiminan, kepandaian, dan dianggap mampu melindungi warga dari serangan musuh diberi julukan Pamanuk. Munculnya kepemimpinan ini dalamteorikepemimpinan disebut dengan teori Invironmental atau dalam teori lain disebut teori situasional person.
Pada masa sekarang seorang ketua betang di pilih oleh warga betang dalam suatu rapat dan pengangkatanya tidak dilakukan dalam kegiatan upacara adat khusus. Syarat untuk menjadi ketua betang atara lain : dewasa, berpendidikan dan berpengalaman dalam kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan, dapat berbicara dengan lancer, mempunyai loyalitas dan tangung jawab terhadap warga dan kelestarian betang serta mempunyai wibawa.
Kepemimpinan di rumah betang menunjukan ciri-ciri kepemimpinan yang bersifat informal dan tipe kepemimpinannya lebih mengacu kepada bentuk kepemimpinan yang demokratis. Namun meskipun demikian diakui bahwa penerapan prinsip-prinsip demokrasi tersebut belumlah maksimal.
Tugas-tugas seorang ketua betang sebagaimana yang di jelaskan dalam skripsi ini. Dihubungkan dengan tugas seorang pemimpin menurut buku-buku kepemimpinan. Maka dapatdikatakan belum maksimal. Dalam pelaksanaannya kepemimpinan di rumah betang tidak Nampak program, pembagian kerja dan struktur yang jelas.
Hubungan kekerabatan anatara warga di rumah betang terjadi sebagai akibat adanya pertalian darah dan hubungan perkawinan. Prinsip pengalian silsilah atau keturunan penggunaannya tidak begitu membudaya kecuali setelah yang bersangkutan untuk menghadiri terjadinya perkawinan sumbang.
Hubungan kekerabatan karena perkawinan terjadi apabila seseorang laki-laki kawin dengan seorang gadis di rumah betang atau sebaliknya. Pihak laki-laki biasanya ikut dengan kelurga Perempuan dan lebih banyak dipengaruhi oleh keluarga pihak Perempuan sebelum mereka dapat hidup secara mandiri. Hubungan karna perkawinan semacam ini dalam teori kepemimpinan dikenal dengan type paternalistic (kebapaan)
Dalam praktek kehidupan sehari-hari terutama yang menyangkut kehidupan warga secara keseluruhan kepemimpinan didominasi oleh pimpinan betag. Namunyang menyangkut persoalan-persoalan intern keluarga maka yang lebih banyak berperan adalah kepala keluarga masing-masing dalam hal ini ayah dan ibu.
Dalam keluarga inti pengambilan Keputusan dalam rumah tangga pihak suami lebih kuat setatusnya. Akan tetapi tidak berarti suami lebih dominan dalam menentukan Langkah dan kebijakansanaan dalam keluarga. Kepemimpinan dalam kelurga inti di rumah betang menunjukan type kepemimpinan yang paternalistic (kepemimpinan kebapaan).

Item Type: Thesis (Undergraduate)
Uncontrolled Keywords: Pola kepemimpinan, masarakat dayak,Rumah Betang
Subjects: 13 EDUCATION > 1399 Other Education > 139999 Education not elsewhere classified
Divisions: Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan > Jurusan Tarbiyah > Program Studi Pendidikan Agama Islam
Depositing User: sudarmanto sudarmanto sudarmanto
Date Deposited: 17 Jun 2025 02:26
Last Modified: 17 Jun 2025 02:26
URI: http://digilib.iain-palangkaraya.ac.id/id/eprint/5860

Actions (login required)

View Item View Item